Minggu, 19 April 2009

Re: [sekolah-kehidupan] (catcil) sepatah kata penutup utk bedah buku kami (a thanks to)



Dan saya berterima kasih, retnadi,
untuk mewujudkan sebuah mimpi menjadi kenyataan.
untuk membuka pintu dan membiarkan cahaya menebar masuk
untuk membukakan jalan, lalu menunjukkan tirai impian ternyata bisa tersibak dengan kesabaran, ketaqwaan, kekuatan, dan kerja keras

untuk sebuah hati yang selalu ada bersama saya
untuk membiarkan saya berpura-pura di hadapanmu, mengenakan semua topeng yang ada sampai lelah dan ketika saya sudah tak punya polesan apa-apa, kamu justru memeluk saya, mengucapkan selamat datang sebagai sahabat.
it's been a long way of love

***

tak pernah bermimpi ada acara bedah buku yang membedah buku kami. Dan saya pun ingin berterima kasih bagi :
Mbak Lia - terima kasih untuk menenangkan saya sebelum acara. Secara verbal saya lebih parah dari retno (apa ada yang menangkap adegan saya dan retno lempar2an mic ketika diminta bicara? ^_^) tapi senyum tulus dan kata2 "Nggak apa-apa, pasti lancar" dari mbak lia, sangat membantu

Mas Rudi (MC) & istri - saya belum pernah berkenalan, dan kemarin juga tidak sempat mengobrol. tapi terima kasih untuk waktu dan supportnya. Mas rudi ini, yang membuat suasana jadi hidup

Bang Ade dan Pak Kef - Waktu pertama kali saya membaca 'biografi' Pak Kef di internet "Wow" komentar saya, sastrawan hebat ini akan menjadi pembedah buku kami??? terima kasih untuk ngobrol dan diskusinya yang dalam dan menyenangkan. Bang ade, dengan pembawaan yang ringan dan cerdas, selalu membuat suasana meriah. Bang ade mampu membuat semua 'rasa' yang kami tumpahkan ke dalam buku ini menjadi lebih mudah dicerna logika. thanks bang!

Bapak dan Ibu - yang walaupun sempat nyasar ketika datang dan sedikit ngomel2, tidak beranjak dari acara bedah buku anaknya sampai habis. Dunia sastra bukanlah dunia mereka, tapi untuk rasa 'ingin paham' yang mereka tawarkan, membuat cinta saya kepada mereka semakin besar. Juga kepada orang tua dari Retnadi Nuraini, saya beneran hampir nangis ketika Ibu Retno maju ke depan, karena merasa 'tak pantas' untuk artikel bidadari itu. Ibu, ibu memang pantas kok!

Suami, Yuandi Oktarinda - Untuk tidak mengomel ketika saya (juga) salah menunjukkan jalan, padahal ia masih lelah karena perjalanan Bandung-Jkt. Untuk berdiri di belakang audiens memberikan senyuman hangat yang menyejukkan. Untuk memberikan bimbingan, ruang, jalan, dan cinta untuk saya, dengan kesabaran dan keluasan pikiran yang tak habis-habisnya. cinta, tak pernah terasa begini indah.

Untuk sahabat-sahabat, Dhanny, Yena, Niken, Citra, dan Shinta yang ada di singapore, saya memang belajar paling banyak dari mereka. Terima kasih untuk kasih dan persahabatan yang tak terputus. Friends Forever! oya, Happy Birthday Shinta, padahal kalau Nta hadir kemarin kita mau bikin surprise party lhooo

Untuk semua teman dan rekan-rekan yang tak bisa saya sebutkan satu-satu, Mahisa, Ardian, Elvina, Okta, Dewa Ami, Inta, Bowo dan Jefferson (teman SMA saya, saya tak menduga mereka datang. thx!!), Pak Syaf dari Parle (thanks untuk bukunya!), teman-teman SK, dan teman-teman baru lainnya.

terima kasih, terima kasih banyak.


 


From: Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Monday, April 20, 2009 7:43:17 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] (catcil) sepatah kata penutup utk bedah buku kami (a thanks to)

SEPATAH KATA PENUTUP UNTUK BEDAH BUKU KAMI (A THANKS TO)
Oleh Retnadi Nur'aini

Salah satu kelemahan utama saya adalah berbicara di depan umum.

Saya kerap kelewat lamban merangkai kata dan kalimat—yang akhirnya menghasilkan banyak jeda mengesalkan "Hmmm, gimana ya..", "Wadhuh, apa ya?" dan komentar tak penting lainnya. Atau, saya malah akan kelewat asyik berdebat dengan kepala saya sendiri—istilah eufemismenya dari suami saya: "bermain dengan kalimat sendiri"—dimana saya seolah berdiskusi tanya jawab dengan diri saya sendiri, dan akhirnya membuat si penanya kebingungan untuk menyortir jawaban saya.

Karena itulah, dalam banyak kesempatan dimana saya diminta untuk mengutarakan pendapat pribadi, saya kerap memilih untuk diam, atau maksimal menjawab "Sudah cukup, tidak ada komentar dari saya"—meski pada akhirnya, saya akan selalu menyesali diri tanpa henti setelahnya. "Harusnya tadi kamu bisa ngomong lebih tertata, lebih rapi, lebih representative, lebih baik, No," tegur kepala saya pada diri saya.

Dan semalam, adalah salah satu penyesalan terdalam saya.
***
Kemarin sore, pada hari Minggu 19 April 2009, alhamdulillah kami bisa menyelenggarakan acara bedah buku "Let's Talk About Friendship, Love&Marriage, Ordinary Miracles" di MP BookPoint, Jl Puri Mutiara No 72, Jakarta Selatan.

Dalam acara bedah buku yang menghadirkan pembicara Pak Kurnia Effendi (Pak Kef) dan Bang Ade Armando (Bang Ade) ini, Mbak Lia Octavia selaku moderator sempat menanyakan pertanyaan substansial pada saya di akhir acara. "Mbak Retno mungkin ada kata penutup untuk akhir acara ini?," demikian tanya beliau.

Dan saya, dengan dodolnya, dengan lemotnya, langsung saja menjawab "Nggak, nggak ada"—satu jawaban yang sungguh saya sesali berjam-jam kemudian. Karena berjam-jam kemudian, dengan dodolnya, dengan lemotnya, saya baru terpikir, bahwa kata penutup yang ingin sekali saya sampaikan adalah sebuah ucapan terima kasih. Betapa saya ingin sekali berterima kasih pada para guru dan malaikat yang Tuhan telah hadirkan dalam hidup saya.

Mereka adalah:

· Pasangan Sjamsuddin Shiddieg & Sangi Siti Rahayu: pasangan orangtua terbaik yang bisa dimiliki oleh seorang anak. Saya paham sekali, seperti layaknya sifat dasar manusia, tidak ada juga pasangan orangtua yang sempurna. Namun sungguh, dalam setiap hari yang saya lewati, saya sangat bersyukur betapa Tuhan dengan Mahapemurah memilihkan pasangan orangtua ini untuk menjadi orangtua saya.

· Airin Nisa: Terima kasih untuk menjadi pembaca hati, dan bertanya "Are you ok, Jo?"—bahkan saat curhat saya hanya berupa sepotong sms pendek. Terima kasih untuk sms-sms seperti "1000 pelukan hangat untuk Retnadi Nur'aini. You have done the best to do good, the rest is out of your reach. Ayo senyum lagi ya Jo. Love you." Terima kasih untuk mengizinkan saya menelpon tanpa salam "Halo" dan bertanya "In, gua lagi marah banget hari ini. Boleh nggak gua `muntahin' ngamuk gua dulu sama lo sekarang?". Terima kasih banyak, untuk segenap kesabaran mendengarkan, dan tidak meledak karenanya. Terima kasih, untuk mengizinkan diri saya yang sedang insecure luar biasa untuk menanyakan pertanyaan-pertanya an bodoh seperti "Ain, apa saya cukup berharga sebagai seorang manusia? Apakah saya cukup cantik, cukup pintar, cukup pengertian, cukup sabar, cukup empatik, cukup berharga untuk diperjuangkan sebagai seorang wanita?"—dan banyak pertanyaan bodoh lain seperti "Neng, gua punya botol minyak zaitun di samping gua. Bisa gua minum nggak ya?" (dan jawaban Ain adalah: "Tentu saja tidak, Retnadi. Karena di label minyak zaitun punya lo tertera label `mengandung biji mojokeling dan digunakan untuk pijat',"). Terima kasih banyak, untuk memberikan jawaban-jawaban positif yang membuat kepala dan hati saya bernapas lega. Karena saya yakin sekali, bahwa Ain menjawab itu semua dengan karena Ain sayang sama saya. Bukan karena Ain ingin menampilkan imej `sahabat yang baik'. Bukan karena Ain ingin menghibur. Bukan karena Ain sekedar ingin memberikan `jawaban yang seharusnya diberikan.' Terima kasih, untuk selalu berusaha berpikiran positif dan mengambil hikmah dari segala peristiwa. Sungguh, suatu kehormatan bagi saya, diperkenankan menulis satu buku bersama seorang Airin Nisa.

· Bang Ade Armando: Terima kasih karena telah mengajarkan saya caranya menulis, menjadi satu dari sedikit pembaca pertama yang dengan sabarnya membacai tulisan-tulisan saya. Terima kasih untuk selalu menyemangati saya dengan kalimat positif dan membuat saya sungguh-sungguh merasa menjadi penulis handal karenanya. Bang Ade adalah orang pertama—juga idola saya sejak saya SMP—yang membuat saya berpikir bahwa tulisan saya ternyata tidak terlalu buruk untuk dibaca. Terima kasih juga mengizinkan saya menanyakan pertanyaan-pertanya an sulit seperti "Bang Ade, apa ya hidup ini menurut Abang?", "Kapan Abang merasa `enough is enough'?", "Kapan semuanya terasa unbearable bagi seorang Ade Armando?", sampai pertanyaan rese seperti "Abang, kenapa ya, Abang bisa selalu tersenyum dan tampak bahagia?"—dan terima kasih banyak untuk berkenan menjawab semua pertanyaan saya tadi, sekaligus mengajarkan saya banyak hal dari jawaban-jawaban Abang tadi. Salah satunya yang masih saya ingat betul: "Kan ada Tuhan, Retnadi. Kita nggak pernah sendirian, kok. Tuhan selalu menemani kita, dan mengirimkan orang-orang baik untuk kita. Dan saya percaya, bahwa tersenyum bukan efek dari kebahagiaan, melainkan menciptakan kebahagiaan. Jadi, saat segalanya tak tertahankan, ucapkan saja `Allah, Allah, Allah', lalu tersenyum. Insya Allah, semuanya akan membaik."

· Pak Kurnia Effendi: Terima kasih untuk mengajarkan saya tentang definisi `humble', `low profile' dan artinya kerendahan hati, sejak pertama kali kita berjumpa. Sayang sekali, saya juga terlambat mengenal seorang Kurnia Effendi. Namun, saya tak akan pernah lupa saat di pertemuan pertama beliau berujar pada saya "Ah, sebentar lagi saya juga tergusur oleh penulis-penulis kaya kamu." Ketimbang merasa GR, sumringah, dan melambung, saya justru merasa kagum pada sosok beliau. Beberapa orang dengan kapasitas beliau mungkin akan mengucapkan kalimat tersebut dengan intensi `ngerendahin diri ninggin mutu'. Namun seorang Kurnia Effendi, dengan ketulusan dan kehangatan murni pada ucapannya, membuat kepala saya menegur ego saya "Tuh No, padi itu makin berisi makin menunduk. Bahwa kita tak pantas untuk berpongah diri. Bahwa sombong adalah hak Tuhan, Sang Maha." Sejak hari pertama saya berjumpa dengan seorang Kurnia Effendi, beliau menjadi suhu utama saya tentang pelajaran kerendahan hati. Dan terima kasih banyak, untuk review dan endorsement yang sangat hangat serta penggunaan kata `sahabat saya' sebelum menyebutkan nama saya. Sungguh, saya sangat tersanjung dibuatnya J.

· Mbak Lia Octavia: Terima kasih untuk setiap diskusi yang seolah membuat waktu kita berhenti berdetak—saking menyenangkan, asyik, dan serunya. Kalau buku ini adalah `bayi' pertama kami, maka Mbak Lia adalah sahabat yang dengan setia mengikuti proses mengandung `si jabang bayi' mulai dari bulan pertama hingga akhirnya `terlahir'. Mbak Lia pula yang dengan ringan tangannya bersedia menjadi moderator diskusi, pembaca puisi, reviewer pertama, humas dadakan, sampai penyemangat yang tanpa lelah menyertai setiap promo buku kami. Terima kasih yang teristimewa, untuk kehormatan yang diberikan Mbak Lia pada saya atas undangan berkunjung ke `rumah' beliau yang cukup terpencil. And yes, it is a very beautiful house, Mbak Lia Octavia.

· Para anggota `Klub Skripsi' sekaligus para sahabat terindah yang saya punya: Diani Citra, Shinta Anita Sari Handharu, Yena Badruddin, Diah Tantri Dwiandani, Niken Suryandari. Mengutip kalimat Ain "Selama 4 tahun saya kuliah, dari kalianlah saya justru banyak belajar." Sepakat. Terima kasih untuk setiap pelukan, setiap upaya menyamankan semampunya di saat-saat saya menjelma menjadi wanita paling menyebalkan sedunia. Terima kasih untuk tetap berada di sana, dengan sabarnya menunggu semua emosi negative saya mereda. Dan terima kasih, untuk sebuah semesta sederhana yang senantiasa diudarai cinta, setiap kali kita berkumpul bersama.

· Pak Dodi Mawardi: Terima kasih untuk `bimbingan menerbitkan buku 24 jam' yang diberikan. Mulai dari range diskon distributor, alternative percetakan, kiat-kiat promosi, berkenannya beliau hadir dalam bedah buku kami, dan membalasi setiap imel `jualan' saya di milis dengan sambutan hangat, sampai rekomendasi yang diberikan. Terima kasih banyak, suhu Dodi. Osh!

· Para endorser kami: Mas Indra Bekti, Mbak Olga Lydia, Arham Kendari, Dewi `Dedew' Rieka, Ryu Tri, Rini Nurul Badariah, Nursalam AR, Dani Ardiansyah, Jenny Jusuf, Dewi Cendika, Hartati Nurwijaya. Terima kasih banyak, untuk kesediaannya menjadi para pembaca naskah buku kami, bahkan sebelum ia terbit. Terima kasih banyak, untuk setiap saran dan masukan yang sangat berharga. Dan terima kasih banyak, untuk setiap sambutan hangat yang diberikan atas buku sederhana ini, dan membuat kami percaya diri untuk menerbitkannya dan membagikannya pada orang lain.

· Para reviewer kami: Mas Sismanto di Sangatta, Mbak Syafaatus Syarifah, Mbak Rini Nurul Badariah, dan Mas Rudi G Aswan (yang juga menjadi MC kocak kami pada hari bedah buku). Membaca ulasan mereka bagaikan membuka kado kejutan yang sangat istimewa. Bukan hanya karena mereka melakukannya sukarela tanpa diminta, tapi karena mereka juga menuliskannya dengan demikian indah dan berwarna. Terima kasih banyak ya J

· Bu Rahartati Bambang aka Madame Asterix: Terima kasih banyak untuk setiap diskusi yang tak hanya mengenyangkan pikiran, namun juga jiwa saya. Bu Tati adalah satu dari sedikit orang yang telah mengecap pahit manis asam kehidupan. Terima kasih untuk kalimat yang selalu saya camkan hingga kini "Ya iyalah Non. Jiwa itu kaya sekali, lho. Butuh kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya. Dan karena menerjemahkan itu bukan alih bahasa, melainkan alih gagasan, maka tidak ada namanya professional ataupun amatir. Nenek-nenek seperti saya ini masih harus banyak belajar…"

· Para pengunjung diskusi bedah buku kami: Yuandi Oktarinda (Terima kasih untuk menjadi suami salah satu perempuan tercantik di dunia bernama Airin Nisa. Saya jadi makin yakin, Kak Andi adalah pasangan terbaik yang dikirimkan Tuhan untuk Ain. Have a happy marriage life J ) ; pasangan Agus Mulia & Tante Niar Sukriani Baharum (Terima kasih telah mengasuh dan membesarkan putri sehebat Airin Nisa. Sungguh kehormatan bagi saya bisa berkenalan dengan Ain) ; Pak Syafruddin Azhar (Terima kasih untuk masih mengingat detil kunjungan saya ke Parle, tawaran menulis resensi yang diberikan, sampai cerpen surealis yang pernah saya tulis. Semoga sukses dengan penerbitannya) ; Mbak Indarwati Harsono (Terima kasih, untuk meluangkan waktu di sela-sela kesibukan mengasuh Yasmin dan Ais, terima kasih untuk selingan telepon-telepon yang sangat menyenangkan. Semoga sukses dengan bisnis flanelnya ya); Mbak Syafaatus Syarifah beserta keluarga (Terima kasih banyak sempat hadir, meski terpaksa pulang duluan demi anak-anak. Sungguh, tidak apa-apa Mbak Sya J ) ; Mas Andi Irman dan keluarga (Peluk cium untuk Ivan ya. Tante Retno kangen mau main hitung-hitung bis lagi sama Ivan J ); Elvina Komala (Vina adalah satu dari sedikit orang yang bilang `Gua mau dateng ah ke sana, nggak enak, dah di-sms soalnya'. Terima kasih ya, semoga betah di divisi barunya) ; Pak Sinang Bulawan (Terima kasih untuk sambutan yang diberikan beliau atas bedah buku ini. Namun Pak Sinang yang baik hati, sungguh tak pantas bagi saya untuk menerima pujian `Retno, murid SK yang talk-active, brilliant, and smart'—saat Bapak mengucapkan kalimat ini, Bang Ade sampai mengangkat alisnya karena tak percaya J); Mas Nursalam AR beserta Mbak Yuni Meganingrum dan Alham Navid (Terima kasih untuk kesediaannya re-schedule jadwal demi bisa hadir, sampai kerepotan yang dihadapi karena mengajak pergi seorang bayi tampan bernama Alham Navid J ); Mbak Divin Nahb (Terima kasih banyak berkenan hadir, padahal baru sembuh sakit tipes. Take care ya Mbak) Mahisa Dwi Prastowo (Semoga acara kemarin nggak membuat mentalmu memburuk dan membuatmu harus direhabilitasi mental di Grogol ya J ); Dewa Ayu Utami Kinasih (Selalu menyenangkan bertemu Ami. Terima kasih telah mengajarkan saya caranya bersenang-senang dalam hidup dengan cara kita sendiri); Ardian Wibisono (Terima kasih telah menjadi suami dari salah satu sahabat saya, Diah Tantri Dwiandani. Maaf ya jadi gendongin Asha mulu kemarin); Oktamandjaya Wiguna (Tidak ada `benar' dan `salah', Okta yang baik J. Thanks for coming ya); Johannes Sugianto (Terima kasih banyak untuk tawaran yang diberikan agar kami bergabung dalam acara launching 10 buku dalam World Book Day 9 Mei 2009 mendatang di Museum Mandiri. Terima kasih untuk empatinya dengan ucapan menyejukkan `Saya juga ngerasain banget gimana senengnya bikin buku perdana' J). Terima kasih juga untuk Caesilia Ika, Sophia Louretta, Mira Humairah, Rini Rahmijati, AK Anwar, Fitryan Dennis, Roosman Fajar, Piepiet, Halimah, dan segenap rekan kerja Mas Catur yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk datang di bedah buku kami. Mohon maaf sebesar-besarnya, jika kita tidak bisa banyak mengobrol kemarin sore. Dan mohon maaf sebesar-besarnya, untuk setiap nama dan wajah yang mungkin lupa saya sebutkan disini. Sungguh, ini dikarenakan keterbatasan saya sebagai pengingat detil yang buruk dan sering lupa. Tak lupa, terima kasih yang teristimewa untuk segenap kawan yang berniat sekali untuk datang, namun kemudian berhalangan untuk hadir. Thanks for trying. J

· Para malaikat yang dengan ringan tangannya membantu upaya promo kami: Mas Rudi Dahlan dan Pudji Arianto dari YGAF Radioshow Female 99,5 FM; Mbak Sri Sarining Diyah dan rekan-rekan dari DFM 103,4 FM; Mbak Ria dan segenap rekan-rekan MP BookPoint; serta Mbak Lia dan rekan-rekan dari RRI Pro 2 FM. Mohon maaf jika narasumber ini selalu saja grogi, gemetaran, dan bersuara tegang saat diwawancara.

· Catur `Catriks' Sukono: Tidak hanya saya berterima kasih karena beliau telah bersedia menjadi suami teman hidup seperjalanan, alarm peringatan, jarring pengaman, bantal hempasan, sepasang telinga yang tak lelah mendengarkan dan sebuah rumah yang selalu saya rindukan untuk pulang. Terima kasih untuk menjadi calon ayah yang luar biasa sabar menanggapi kerewelan ibu hamil ini—mulai dari memijati kaki dan pinggang saya yang pegal-pegal, mengambilkan air minum dan menemani ke toilet berkali-kali di waktu malam, penumpang setia rollercoaster mood saya dan mendengarkan racauan saya saat saya merasa diri saya buruk luar biasa, dan menjawab `Iya, Mama sayang. I love you. Ayah bangga sama Mama,' setiap kali saya merasa perlu peneguhan dan butuh untuk dikuatkan.

· Seluruh pembaca buku kami. Terima kasih banyak untuk berkenan membaca buku kami. Terima kasih banyak, untuk kesediaannya meng-add kami di Facebook, Multiply, untuk kemudian mengirimkan sms, imel dan personal message untuk menuliskan setiap kesan, yang membuat saya banyak belajar dari sana. Sungguh kebanggaan tak terkira bagi kami, kalian berkenan membaca buku sederhana kami. Semoga kita bisa belajar bersama di ruang kelas bernama Kehidupan ini ya.

Well, waktu memang tidak bisa diputar ulang.

Acara bedah buku kami telah usai. Para pengunjung telah pulang dan tirai-tirai telah diturunkan. Namun jika saya masih diizinkan untuk merangkum tulisan panjang lebar ini—yang diduga suami saya akan membosankan mata setiap pembacanya—maka izinkan saya untuk berterima kasih atas kesediaan kalian untuk hadir dalam hidup saya.

Ah, saya memang tak pandai memilih kosakata yang tepat, juga merangkai kalimat dengan cantik untuk menggambarkan betapa bersyukurnya saya akan kehadiran kalian. Namun sungguh, saya sangat berterima kasih pada Tuhan yang Mahapengasih dan Mahapenyayang, karena Dia telah mengirimkan kalian semua dalam hidup saya, menjadi malaikat sekaligus guru yang mengajarkan banyak pelajaran berharga dalam hidup saya.

Terima kasih banyak.


__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar