Minggu, 12 April 2009

[SSR-Klub] Re: GRAMEDIA MATRAMAN 8 April 2009 - jam 14.30 - 16.30 : UNIT LINK???



P Freddy,
Tolong tanya Pak - saya cukup senang baca buku baru Anda ttg unitlink, memang benar dari segi lebih mahal dan kemungkinan miss representation itu ... cuma saya lihat2 gejalanya sih orang Indo memang mesti sedikit dipaksa (atau diiming2i dng nilai investasi) agar mau berasuransi krn kecilnya financial literate orang Indo meskipun berpendidikan sarjana sekalipun - istilah kerennya memang blm "melek financial" gitu - apalagi melek produk asuransi, tambah jauuuuh :) memang saya jg kurang setuju cara distribusi asuransi di Indonesia yg melalui jalur agen ala MLM shg "semua orang" bisa jual asuransi walau blm tll ngerti shg menambah potensi miss selling. Jadi acara penyadaran asuransi lewat jalur pendidikan resmi / diwajibkan oleh pemerintah lah yg rasanya bakal paling efisien di Indo, krn setahu saya sih di negara maju memang asuransi itu wajib jadi gak perlu agen yg menjelas2kan lagi manfaatnya baru mau beli asuransi - wah, kasian dong agen2 asuransi yg hidup 100% dari komisi jualan asuransi bila semua orang Indo sudah sepinter itu :) tp yah, dlm kemajuan jaman pasti pergeseran atau bahkan korban... jadi agen asuransi yg matre alias ngejar duit belaka bisa jg mempertimbangkan kemungkinan "jelek" itu - tp mestinya hal itu masih lama bisa terjadi di Indo - paling cepat 30th lagi dr sekarang :) :)

Di lain pihak jasa konsultan keuangan pribadi/keluarga di Indo yg kelihatannya msh kurang "laris" apalagi sekedar utk konsultasi beli asuransi yg mana krn orang2 sini membeli asuransi 70-80% krn marketing agen bukan krn produknya - jadi walau agen asuransipun pasti ada yg profesional, tapi harus diakui tdk gampang menjadi agen asuransi profesional apalagi independen krn di sini satu orang hanya bisa jadi agen satu perusahaan asuransi saja, jadi "isi kantong dan dapur ngebul" tergantung kemampuan menjual produk perusahaan asuransi yg diikutinya saja kan. Mana mungkin bisa disebut independent financial consultant ? Just think about that...

Dalam hal ini saya sih tidak terlalu anti unit link bahkan punya jg polis Pru sejak 2002, however nurut saya pribadi sih... unilink walau harus diakui mahal dann kurang efisien dlm hal biaya2 serta sudah "nggak laku" di negara maju, saya pikir produk unitlink pun tetap punya "jasa" dalam memberikan sedikit financial education orang Indo walau dng cara yg mungkin not make sense bagi orang yg yg sudah financial literacy nya sangat tinggi dpt P Freddy & bu Ligwina contohnya. Kasus nyata .... orang tua saya sendiri kalau gak lewat perusahaan asuransi ga bakal berani berinvestasi di saham (padhl sudah dikasih tahu sama aja dng beli reksadana saham di fund manager atau ETF) dan menikmati untung besar bbrp tahun ini krn mau pindah ke instrumen pasar uang saat saham sudah drop 15% dr titik tertingginya - dan inisiatif pindah instrumen ini adalah inisiatif saya bukan agen asuransinya - krn sudah tahu kalau instrumen gak dijamin. Tp teman beliau krn (merasa) nggak dikasih tahu agennya utk pindah ke instrumen yg lbh aman dan skrg investasinya tinggal 50% aja jadinya yah melongo doang.... dan bisanya ya jengkel ke agennya saja pdhl mestinya sudah tahu kalo investasi itu gak dijamin. Semua memang balik ke financial literacy... melek financial istilah kerennya Kiyosaki.

Juga (sangat) banyak orang Indo yg karena punya ekspektasi tinggi dan yakin bisa BEP dalam 5-7-10-12 th sesuai ilustrasi polis unitlink shg akhirnya mau berasuransi+investasi di unit link. At least dng begitu mereka jadi punya asuransi kan shg saat sakit dan klaim keluar mrk baru "sadar" pentingnya asuransi dan promo ke lingkungan terdekat shg tambah boominglah unit link ini. Padahal kalau dulunya beli yg nggak unitlink dan belinya asuransi kesehatan murni yah sebenarnya klaim itu keluar juga - tp krn dulu belinya unitlink krn ada "iming2" investasinya, dan ternyata waktu sakit jg merasakan manfaat asuransinya jadi tambah booming lah produk ini. Betul nggak? Memang orang Indo seringnya mesti "dibohongi" ... kalau suruh beli asuransi murni malah gak mau, maunya yg ada investasi - dikasih terpisah jg blm tentu mau lho... krn gak ngerti - kan gak diringkas jadi satu shg jelas kelihatan biaya asuransi murninya itu bisa tercover bunga stlh bbp tahun spt ilustrasi unitlink kan :). Sdgkan agen kebanyakan jual yg komisinya gede, yah sulit jg dilarang ... mestinya kalau mau agen jualan asuransi murni aja ya sebaiknya unitlink dilarang aja oleh pemerintah atau sekalian komisi asuransi term/murni disamakan dng unit link shg sama2 laris. Dng gedenya komisi unit link ini ... ibarat biaya marketing yg dikeluarkan perusahaan juga lbh gede utk unitlink drpd produk lain shg wajar kalau lbh booming walau jadinya lebih mahal - lha semua produk yg nanggung biaya marketing kan ujung2nya ya end user juga to.... Kalau asuransi term mau sebagus unitlink penjualannya ya biaya marketingnya dinaikkan aja (komisi agen) tapi yah lagi2 jadi sama aja nanti semahal unit link kan. Jadi buah simalakama, gak marketing - produk gak laku - biaya marketing digedein laku keras produknya tapi tentunya sampai ke end user/nasabah ya lbh mahal. Kalau di negara maju jangan dibandingkan deh dng di Indo, gak ada itu namanya biaya marketing asuransi/komisi agen asuransi gede wong semua orang sdh insurance minded dan gak perlu agen penjual lagi, bahkan mngkin gak terlalu perlu financial consultant juga kalau cuma utk beli asuransi keluarga krn sudah saking melek financial nya ....

Padahl kalau saya hitung2 lho... bila nasabah unitlink hanya bayar 10 th saja full asuransi (tanpa saver) utk manfaat proteksi hingga usia 99th, bila marketingnya baru sekelas agen paling2 komisi dari total duit nasabah yg masuk dlm 10th itu hanya 10% saja dan mestinya agen itu harus urusi nasabah itu seumur hidup (nah ini yg rada susah krn banyak agen yg karirnya hanya seumur jagung shg manager yg ketiban sampur saja blm tentu nantinya masih mau urusi nasabah ex agennya yg sudah keluar dr company) - sedangkan sekelas manager tingkat tinggi pun paling pol komisi total 20-25% dlm 5th. itupun kalau dapet nasabah sendiri bkn dr anak buah... kelihatannya biaya akuisisi itu ya utk komisi agen, misal nasabah asuransi unitlink tanpa saver bayar 10th dng per th 10 jt (total 100jt) jadi total biaya akuisisinya kan 205% dari 10jt itu (kalau di Pru) jadi artinya total komisi agen 20.5jt dari total duit nasabah yg masuk dalam 10th itu... itupun tentunya kalau polis tdk lapsed/di-surrender duluan atau nasabah cuti premi sblm 5th kan? Jadi anggap aja rata2 "biaya marketing" yg harus ditanggung nasabah unitlink ini sekitar 20% dari biaya pokok produknya sendiri.... itu Autk bayar jasa agen yg mestinya harus urusi kita seumur hidup kalau ada klaim, mau switch investasi, rubah polis dan lain2, nah...kalau agennya profesional & memang komit urusi seumur hidup kita beneran sih saya pikir segitu tdk termasuk mahal2 banget (beli makan di depot aja 20 menit habis cwannya bisa 100% lho :) tapi krn biaya jasa agen itu harus dibayar dlm 5th pertama dan tdk pasti agen itu profesional dan komit urusi asuransi+investasi kita itu seumur hidup yg bisa jadi msh 50th lagi (apalagi seumur hidup anak kita... yg mungkin bisa jadi msh 70th lagi :) nah mungkin hal2 itu yg jadi bikin terasa mahal...

Banyak hal memang (terutama di Indonesia ini) yg sulit bisa dilogika dan dng cara hitung2an di atas kertas biasa dlm menentukan benar salah atau baik buruknya suatu produk di suatu negara, krn iklim masy Indonesia yg msh "merem" financial ini pun tdk pantas dibandingkan dng iklim masy negara maju yg sudah sangat melek financial, insurance minded, semua bayar pajak patuh, semua punya asuransi dan tabungan pensiun - dan di sana jg pendidikan gratis sdgkan di sini ortu2 msh bingung mikirin biaya pendidikan kalau dana terbatas pasti dana pendidikan yg diutamakan bukan asuransi kesehatan anak.... Yah, kalau ngomong2 ttg "jelek"nya produk investasi... drpd produk unitlink (ga perduli ini dianggap asuransi atau reksadana) msh jauh lbh jelek lagi golongan produk investasi macam Qsar, Dressel, Wahana, Platinum, model HYIP (high investment programme) dll yg selalu janjikan bunga besar&flat dan sdh buannnyak menghilangkan duit investor-dibawa lari entah kemana - mungkin lbh perlu juga buku yg khusus membahas jeleknya produk2 macam ini drpd yg unitlink sih. Lha yg perusahaan ecek2 model gini aja banyak yg percaya mau inves miliaran hingga ratusan juta dan yg ikut pun bukan orang2 yg gak berpendidikan lho (saya dengar sekelas P. OC Kaligis aja kena tipu juga lho...jadi jangan terlalu minder jg yg punya unitlink... ada org pintar yg lbh parah lagi nih kena tipunya) artinya financial literacy orang Indo memang parah - krn jauh msh mending perusahaan asuransi (asing dr negara maju) yg public listed di NYSE sekelas Pru, Manulife, Allianz, Axa bahkan AIG, krn bagaimanapun kalau company gejala bangkrut pemerintahnya walau sangat jengkel tp msh mau nalangi krn tanggung jawab ke masy sedunia (sprti AIG...) Bayangkan kalau perusahaan asuransi lokal sini yg mau bangkrut spt AIG, mana mungkin pemerintah Indo mau repot2 nalangi - lha the goverment aja is broke - kata Mr SBY yg kelihatannya kemungkinan besar akan menjabat Presiden lagi periode mendatang ini :) justru hal bangkrut2nya perusahaan asuransi lokal ini yg dulu2nya bikin image jelek produk asuransi di Indonesia - bahkan hingga sekarang msh ada itu yg trauma asuransi gara2 dulu duitnya hilang di company lokal yg bangkrut.

Oh ya - produk asuransi kesehatan asing mana ya yg dr company bagus di luar negeri dan bisa diikuti WNI sini - terus terang krn tulisan bu Ligwina tsb sy pernah berusaha kontak Prudential Singapore krn temannya teman ada yg ikutan dan katanya memang jauh lbh murah asuransi Pru di Singapore itu drpd Pru Indo bahkan dicover sama rawat jalannya segala (tentunya dng metode asuransi murni) krn memang di Singapore yg ikutan asuransi sudah banyak shg jadi otomatis lbh murah (asuransi kan bisnis law of big number) tapi ternyata aturan baru dr Sin menyatakan kalau orang asing mau ikut asuransi company sana harus minimal punya rumah/apartemen di sana, shg pupuslah harapan sy ikutan asuransi Pru Singapore :) Jadi, apa ada saran sy mesti ikut asuransi asing mana yg murah - btw ... kalau semua nyari yg efisien dalam arti an lbh murah saja bisa2 asuransi di Indo jadi lbh gak laku dan pada beli produk asuransi di luar negeri sih - kan sana memang apsti lbh murah, salah kaprah juga kan kapan produk asuransi Indo jadi murah kalau semua orang sekarang sudah pada pinter2 & nyari efisien saja (alias bagus&murah...) shg langsung beli produk asuransi di luar negeri yg pasti memang lbh bagus dan murah drpd asuransi di Indo... apakah lbh murah berarti lbh bagus, bukannya mesti kita jg sedikit nasionalis dng membeli produk (walau dr company asing) yg dijual dalam negeri walau rada mahal tp setidaknya mrk bayar pajak ke pemerintah RI ya? Lalu produk asuransi kesehatan dr company asing mana yg dalam negeri sini yg bagus selain produk unitlink & manfaat pakai kartu RS juga ada ya Pak? Satu lagi, kalau broker asuransi/financial planner apakah juga ada tim marketingnya selain melalui buku atau internet, krn sukses penjualan produk asuransi di Indo kelihatannya msh lewat tim marketing yang besar... kalau ada tim marketingnya broker asuransi yg netral dan profesional beneran saya consider gabung lho walau komisinya ga segede agen asuransi biasa.

Mohon info dan tanggapan ya

Thanks atas perhatiannya....

__._,_.___
______________________________________________

Dapatkan buku
"KARYAWAN HARUS NABUNG BIAR MAKMUR..!"
(5 Kiat Praktis Menabung & Berinvestasi bagi Karyawan)
oleh: Safir Senduk ; Harga: Rp 39.800
Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Ingin mendapatkan Artikel & Tanya Jawab Rutin
di email Anda tentang Perencanaan Keuangan?
Kirimkan email kosong Anda ke alamat
SSR-InfodanArtikel-subscribe@yahoogroups.com

Kunjungi www.perencanakeuangan.com
______________________________________________
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar