Minggu, 14 Juni 2009

[sekolah-kehidupan] (Catcil) Gambar Katalog dan Barang Sebenarnya



Gambar Katalog dan Barang Sebenarnya

 

Jikalau ada yang membuatku begitu letih pagi ini, itu bukanlah lantaran meliuk diantara kemacetan jalan. Ada perang batin, antara iba dan jiwa sebagai (calon) wirausaha.

 

Sebagai seorang wanita yang kabarnya (biasanya) lihai dalam hal tawar menawar, ternyata sifatku sangat jauh dari itu. Itulah salah satu alasan mengapa aku lebih suka belanja di toko yang memberi harga pas. Daripada kedlorop Saking parahnya tak pintar menawar, beberapa kali aku dicela asistenku sendiri saat menunjukkan barang yang kubeli dengan system tawar menawar.

 

Selain tak pintar menawar, aku juga termasuk tak tegaan. Sulit mengatakan 'tidak' jika dirayu orang untuk membeli sesuatu. Itulah mengapa untuk langkah amannya, sebelum seseorang menawarkan barang aku sudah membuat pertahanan dengan bilang 'tidak', atau memalingkan muka. Jika kubiarkan dia masuk dan memberi penjelasan ini itu bisa-bisa aku tak mampu berpaling dari jeratnya.

 

Pagi ini, hatiku resah oleh kelemahan nomor duaku di atas itu. Ceritanya, kemarin aku terpaksa membeli barang yang sebenarnya belum kuperlukan. Meskipun barang itu bisa dijual nantinya, tetap saja aku kurang sreg karena biasanya lebih memilih langkah aman, hanya membeli sesuai pesanan. Hanya gara-gara tak kuat godaan si mbak penjualnya, aku menyetujui untuk membeli 4 padahal sebenarnya 1 atau 2 saja sudah cukup.

Berkaca dari penyesalanku tak kuat dirayu semacam itu aku mencoba mengeraskan hati pagi ini. Meski sisi humanisku berkata lain lagi. Ceritanya, ada seseorang memesan barang berupa jam. Setelah beberapa hari, datanglah barang tersebut. Tapi, betapa bingungnya aku ketika si pemesan itu sebut saja bu L berniat menukarkan jam yang sudah kubeli tadi.

 

Alasannya jam tangan itu terlalu besar untuk si pemakai (end user, sebut saja J) yang imut badannya. Lha wong dicoba dia dan aku yang badannya termasuk standar sedikit besar saja termasuk kegedean, apalagi buat si calon pemakai. "Bisa kebanting dia," begitu komentar L. Yang membuatku bingung sekaligus iba plus berusaha menguatkan hati adalah si pemesan itu seorang janda yang kerjanya 'kuli' (pinjam istilah L) cuci.

 

Kutelponkan BC (Business Center), si penjual bilang barang tak bisa ditukar atau dikembalikan. Ini khusus untuk produk aksesoris, katanya. Yang lainnya boleh. Apalagi kalau hanya tukar ukuran,  boleh saja dengan kena cash 5000.

 

Resah, L menutup pembicaraan dengan si penjual lalu menyerahkan kembali hapeku. Tangannya kembali menimang-nimang si jam. Dalam hati, sungguh aku berperang. Apakah aku kejam jika membiarkan si pembeli kecewa? Menerima barang tak sesuai harapan dan bayangannya padahal tak bisa ditukar? Apakah si pembeli akan merasa tertipu? Tapi, bukankah itu bukan salahku, tanggung jawabku? Aku hanya memesankan, membelikan sesuai pesanan dia. Perkara barang yang dipilihnya ternyata tak sesuai persis dengan yang di bayangan dan di catalog haruskah aku ikut bertanggung jawab?  

Kalau saja harganya di bawah 100 ribu, mungkin aku akan berbaik hati menerima dan memakainya sendiri. Tapi ini sekitar 170 ribu. Bukan jumlah sedikit untukku, (baginya juga tentunya).

 

Tapi, seberapapun harganya, apakah tak menjadi preseden buruk nantinya jika aku mau menalangi kesalahan yang bukan disebabkan olehku? Jangan-jangan nanti kalau ada lagi yang tak puas minta tanggung jawab aku untuk menukar atau malah membatalkan. Bisa-bisa bangkrut kalau begitu caranya. Lha BC saja yang omzetnya lebih banyak, yang pasti mempunyai stock juga tak mau menukar. Apalagi aku?

 

Selama ini, aku memang kalau jualan tak jalan sendiri. Aku hanya memesan, mengambil, membayar, lalu mengantarkan ke teman. Teman inilah (L) yang berhubungan langsung dengan pembelinya, pemakainya. Sampai kutulis ini , aku belum tahu kelanjutannya. L belum bertemu dengan J. Dan aku tak tahu reaksi J bagaimana nantinya.

 

Tapi setidaknya, dari kasus ini aku mendapat pembelajaran. Sebagai konsumen, akan lebih berhati-hati dan teliti dengan katalog yang menawarkan barang tersebut. Kadang foto memang lebih menarik daripada benda aslinya. Selain bahan, hal utama yang harus kita perhatian juga adalah ukuran. Ukuran sebesar apapun bisa ditampilkan kecil di katalog. Begitu pula sebaliknya. Janganlah kira mengira-ngira  meski ada gambar pembanding di sebelahnya. Jeli. Itu syarat utama membeli barang lewat katalog. Cerewet bertanyalah kalau perlu.

 

Dan sebagai produsen, mestinya lebih komunikatif lagi. Untuk jam, memang hanya ada satu dua yang dicantumkan ukurannya. Lainnya, tak ada ukurannya. Kata teman yang sudah lama berecimpung di bisnis ini, " Kita memang jual gambar. Perkara pembeli ternyata tak puas, itu sudah resiko dia."


Pembelajaran bisnis hari ini, termasuk mahal dan takkan mungkin kulupakan.

 

Tanah Baru, 10/06/09 15.44


__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar