Minggu, 16 Agustus 2009

[sekolah-kehidupan] [Catcil] BLOG, G****K!

* *

Tiga begundal cilik yang sering membuatku muak itu masuk ke dalam warung
bakso yang aku jaga. Dengan seenaknya ia duduk. Bertopang kaki. Tidak
memperhatikan sekeliling. Tidak memperhatikan orang lain. Tangan mungil
mereka menggenggam rokok. Suara dan tawa sesekali terdengar.

"BRO, SINI!" teriaknya seolah aku berada puluhan kilometer jauhnya.

Aku yang sedang menghitung penghasilan hari itu langsung mendekat. Aku
menggenggam tangan di depan perut.

"Ada apa, Mas?"

"BIKININ ….LU MAU APA?" tanyanya pada dua temannya. Masih dengan
berteriak. Begitulah kebiasaannya. Entah karena penyakit ataukah tidak
tahu etika. Aku tidak tahu.

"Biasa!" jawab kedua temannya serempak.

"BIASA DUA. SATU ISTIMEWA."

Aku beringsut dengan hati mangkel.

"JANGAN LUPA, JANGAN PAKE!"

Aku berbalik.

"Jangan pake apa? Sambel?"

"JANGAN PAKE LAMA, BRO! HE-HE-HE," kekehnya.

Aku menuju ke kerajaanku. Sebuah ruangan sempit yang panas karena dekat
dengan kompor yang terus-menerus menyala. Aku segera mempersiapkan tiga
buah mangkok. Mengisikan beberapa bumbu. Memasak toge dalam dandang.
Menyiapkan bihun, mie. Sementara itu ketiga preman kecil anak kelas 9
itu langsung asyik dengan obrolan diantara mereka. Tidak aneh bagiku
yang setiap hari menjaga warung pamanku. Begitulah jika mereka nongkrong
di sini. Mulai dari sekedar mengobrol hingga pacaran. Mulai dari
membicarakan olahraga, perempuan hingga IT.

Seperti hari ini, mereka membicarakan sesuatu yang baru bagiku: blog!

"GUE LAGI BIKIN BLOG, BRO! BARU DUA HARI, TAPI YANG MENGAKSES SUDAH 100
ORANG! BANYAK JUGA YANG KOMEN! HEBAT NGGAK?"

"Apa saja isinya?" temannya yang kurus seperti tiang listrik bertanya.
Sikunya dililit sebuah slayer bergambar Che Guavara.

"YA KESUKAAN GUE LAH! HOBI GUE. BASKET. BALAPAN. DAN TIDAK LUPA KOMPUTER."

Si kurus itu berbalik pada temannya yang sedang memainkan senar gitar.

"Kalau blog lu gimana?"

"Masih kurang dari sepuluh orang yang mengakses. Entah kenapa," jawab si
musisi yang bertampang klimis itu lemas.

"ISINYA KALI."

"Sama dengan yang lo punya."

"MAKANYA KREATIF DONG. TIRU BLOG GUE."

Ia berbalik.

"WOIII, MANA NIH PESANANNYA?"

"Maaf, belum!" jawabku sambil berusaha sabar. Sebenarnya aku muak dengan
kelakuannya yang menjengkelkan itu.

"GIMANA SIH KERJAAN LU? NGGAK ENAK BANGET! CEPET DONG! GUE UDAH LAPER NIH!"

Temannya yang satu lagi menimpali, "Bener gimana sih. Laper!"

"Sebentar ya, Mas!"

"CEPET GOBLOK! 'KAN GUE UDAH BILANG JANGAN PAKE, JANGAN PAKE LAMA! GOBLOK!"

Ia kembali melanjutkan perbincangan dengan kedua temannya itu.

Kehendak hati, aku ingin memasukkan garam yang banyak ke dalam mangkok
untuk si kasar itu. Hatiku muncrat bukan main. Dengan seenaknya saja ia
berkata seperti itu. Apakah ia tidak tahu bahwa menyiapkan bakso itu
tidak segampang berucap? SEGALA SESUATU DI DUNIA INI PERLU PROSES!
teriakku dalam hati sambil manyun. Jangan hanya mau enaknya saja.

Dengan hati ngedumel aku menyiapkan apa yang dibutuhkan oleh tiga jagoan
cilik itu. Tidak lama, aku telah menyiapkan bakso yang mereka pesan.
Tiga mangkok bakso itu aku bawa ke hadapannya.

"NAH GITU DONG. KALAU PELANGGAN MINTA CEPET YA, HARUS DIIKUTIN!
PELANGGAN ADALAH RAJA! DASAR GOBLOK!"

Dalam hati aku mengatakan, pelanggan yang baik yang raja itu. Bukan
seperti kamu.

Mereka langsung melahap apa yang aku hidangkan. Dengan mulut penuh
mereka terus bercerita. Tanpa memperhatikan orang lain. Tanpa
memperhatikan kuah yang belepotan di mulut.

Aku memperhatikannya. Tiga orang itu seperti grup lawak Patrio. Kompak.
Apa yang salah seorang katakan pasti diikuti oleh yang lain. Dan yang
suka membentak-bentak itulah yang jadi pemimpinnya. Suaranya keras,
menggelegar.

Ada saja yang mereka bicarakan. Kebanyakan cewek, balapan, dan yang
paling sering adalah teknologi. Beberapa waktu lalu mereka membicarakan
facebook. Mereka juga mengatakan bahwa facebook dapat digunakan untuk
menggaet perempuan. Karena penasaran, waktu itu aku menanyakan kepada
mereka.

"Facebook itu apaan, Mas?"

"MAKANYA SEKOLAH! JANGAN JADI TUKANG BAKSO SAJA! GAUL DONG GAUL! AGAR
TIDAK GOBLOK!"

"Ya, facebook itu apaan?" tanyaku kembali sopan.

"SUDAHLAH! URUS TUH MIE, BIHUN, BAKSO! JANGAN PENGEN TAU YANG BEGITUAN!
LAGIAN TIDAK MUNGKIN KOK JUALAN BAKSO LEWAT FACEBOOK! GOBLOK!" teriaknya
sambil berlalu.

Aku terdiam. Aku hanya memandangi mereka yang tertawa mengejek.

Ah, beginilah diriku yang hanya seorang penjaga warung bakso milik
pamanku. Aku tidak lulus sekolah. Hanya tingkat dasar. Aku tidak
melanjutkan sekolah lanjutan. Karena aku memang tidak punya siapa-siapa
lagi. Aku yatim piatu. Orang tuaku meninggal ketika aku kecil. Mereka
meninggal dalam kecelakaan ketika aku duduk di kelas tiga SD. Setelah
itu aku diasuh oleh pamanku. Tapi beliau tidak dapat menyekolahkanku ke
jenjang yang lebih tinggi. Karena beliau mempunyai tujuh orang anak.
Banyak yang harus dibiayai. Hampir seluruhnya tidak melanjutkan sekolah.
Hanya dua orang yang pernah mengenyam pendidikan SMP.

"WOI, JADI BERAPA?" teriaknya mengagetkanku yang tengah melamun.

Aku terperanjat.

"E-e, apa aja?"

"DASAR GOBLOK! YANG BEGITU AJA LUPA! BIASA DUA! SATU ISTIMEWA! BERAPA?"

Aku menghitung sebentar.

"Lima belas ribu rupiah."

"LIMA BELAS RIBU? DENGAN YANG KEMAREN BERAPA?"

"Sebentar ya, Mas. Saya hitung dulu."

Aku menjumlahkan piutang preman kelas kampung itu.

"Lima puluh empat ribu dua ratus rupiah."

"NANTI AJA YA! TENANG NANTI GUA BAYAR KOK! HE-HE-HE"

Aku melongo. Aku kira ia akan membayar semua piutangnya.

"GOBLOK! KENAPA NGELIATIN SEPERTI ITU? NGGAK PERCAYA?" tanyanya sambil
bersendawa.

"Bukan itu?"

"LANTAS?"

Aku ragu. Tapi keingintahuanku menyeret semua yang membeku dalam hatiku.

"M-m- blog itu apa sih?"

"BLOG? BLOG ATAU GOBLOK?"

"Blog. Blog. Bukan goblok."

"APA UNTUNGNYA?"

Aku terdiam.

KALAU PENGEN TAHU STUDI DONG! GAUL! JANGAN GAUL DENGAN BAKSO AJA! DASAR
GOBLOK!" teriaknya sambil pergi.

Kekesalan dalam hatiku menyembur. Sesabar-sabarnya aku, tapi aku tidak
rela diperlakukan seperti itu. Kenapa aku yang hanya bertanya dengan
baik-baik disebut berulang kali dengan sebutan goblok? Aku hanya ingin
menanyakan apa itu blog. Apa itu facebook. Aku tidak mencari masalah.
Aku hanya ingin tahu. Tapi apa yang aku dapatkan? Aku malah dikata-katai
dengan teriakan yang merajam seperti itu.

Hatiku panas. Aku tidak boleh diam. Selama ini aku menganggap ia adalah
raja. Karena ia adalah konsumen. Tapi raja apaan? Konsumen apaan?
Konsumen adalah raja jika ia berlaku yang baik. Tapi ketiga bocah bau
kencur yang paling juga 3 tahun di bawahku itu berani mengatai-ngataiku
seperti itu? Ia pun sering ngutang. Ia juga sering mengganggu ketenangan
pelanggan lain yang sedang bersantai di warung bakso kami.

Ini tidak boleh dibiarkan. Aku harus belajar. Aku harus membuktikan
bahwa aku, seorang penjaga warung bakso, yang bergaul dengan bau amis
daging, yang hanya lulus sekolah dasar dengan nilai pas-pasan, akan tahu
bahkan paham, malah ahli tentang hewan yang bernama blog itu. Apa itu
facebook. Aku tidak akan kalah dengan anak sekolahan. Karena aku
percaya, di dunia tidak ada yang tidak mungkin. Semuanya bisa terlaksana
jika aku sabar dalam proses pembelajaran.

Begitulah, kekesalan itu menancapkan tekad. Aku harus belajar! Dan hari
itu aku mulai belajar apa itu blog. Aku mencoba bertanya. Dan aku kaget
ketika dijawab bahwa blog itu bukan hewan sebagaimana prasangkaku dulu.
Untuk lebih jelasnya aku disarankan untuk membaca buku. Aku pun
mengunjungi perpustakaan. Aku meminjam buku dari sana.

Ternyata tidak cukup hanya sampai di situ. Karena dalam buku itu hanya
teori. Aku pun diperkenalkan juga dengan internet. Aku mencoba menjalani
proses yang tidak mengenakkan itu dengan sabar. Di bawah bimbingan
penjaga warnet yang baik hati, aku belajar dari nol. Berhari, berminggu,
dan berbulan aku membuat blog. Hingga akhirnya aku bisa membuatnya.
Isinya? He-he-he apa ya. Jangan tanya itu, ah! Lebih baik kunjungi saja
blogku. Aku tidak akan menceritakannya di sini. Cuma yang jelas, tidak
ada tata cara pembuatan bakso, kok!

***

Ketiga begundal itu datang kembali ke warung makanku. Seperti biasa ia
minta disediakan apa yang menjadi favoritnya. Aku menurutinya. Aku
mempersiapkan bakso itu. Setelah selesai aku mengantarkannya kepada mereka.

Mereka menerimanya dengan senang karena baksoku terkenal enak. Mereka
mengobrol dengan riang. Seolah mereka penguasa warung baksoku. Tiba-tiba
mereka kembali membicarakan blog itu.

"KALAU GANTI THEME CARANYA GIMANA YA?" teriaknya seperti biasa.

Temannya di kurus dan si klimis itu menggeleng.

Aku mengangkat pundak. Daguku mendongak. Inilah saatnya aku menujukkan
bahwa aku pun bisa. Bahwa aku tahu. Bahwa aku ahli.

Aku mendekati mereka.

"Mau ganti theme? Gampang!" kataku sambil mencibir.

"TAHU APA KAMU TENTANG BLOG? KALAU BIKIN BAKSO JAGONYA. SUDAH SANA PERGI
GOBLOK!"

Aku tersengat. Aku sebenarnya akan bicara baik-baik. Aku ingin
membantunya. Tapi ia malah berkata yang sangat menyinggungku.

"SUDAH SANA PERGI! JANGAN DEKAT-DEKAT! INI UNTUK ANAK GAUL! BERPENDIDIKAN!"

Aku membalas.

"KAMU BILANG STUDI! BELAJAR! GAUL!"

Preman kecil itu mengkerut. Mungkin ia tidak menyangka aku akan
membentaknya. Ia menatap mataku dengan mata berkaca-kaca. Ketakutan
terpancar di bola matanya.

"NIH HASIL BELAJARKU SELAMA ENAM BULAN. AKU JUGA PUNYA BLOG TAHU!
teriakku ambil membanting kertas bertuliskan
www.sastrasukabumi.wordpress.com <http://www.sastrasukabumi.wordpress.com/>

------------------------------------

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:sekolah-kehidupan-digest@yahoogroups.com
mailto:sekolah-kehidupan-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
sekolah-kehidupan-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar