From: Yos Hadi
Sent: Tuesday, March 10, 2009
bolehkah menambahkan versi terbaru suara hati cilik ini yang masih hangat fresh from the oven?
trims! :-)
"Jangan terlalu khwatirkan takdir apa yang menanti kita di masa depan
tapi bekerja, beramal, berdoa dan bertawakkallah selalu sebaik mungkin, mulai sekarang!
maka takdir apa pun akan menyambut kita dengan senyuman Cerah indah membahagiakan
di masa datang.."
(Jakarta, 10 Maret, 2009)
Salaam.
____________
From: Jusuf Sutanto
Dalam aksara mandarin kita diajar bahwa manusia / ren hanya bisa berkembang kalau mendidik ' hati / xin '.Dia bisa semakin besar kalau mau terus terus belajar, shg dari Ta /
besar menjadi Thay / lebih
besar lagi.Tapi kalau
berhenti belajar dan merasa tinggi hati, akan menjadi " anjing / chien ". Kondisi superlatif menjadi sebaliknya !
Meski dia mau dan sdh terus belajar dan selalu rendah hati, tapi tdk bisa melebihi " Tuhan / Thian ". Lalu bgm kita menyikapi takdir ?Ada ajaran Konfusius mengenai " Jangan melakukan sesuatu pada orang lain, yang kamu tidak mau orang lain melakukan hal itu kepadamu ".Kalau kita melihat orang buta sdg berjalan menuju lubang yang mengangga, kita wajib memberitahunya. Mengapa ?Karena kalau kita sendiri yang menjadi orang buta, kita juga mengharapkan ada orang yang memberitahukan juga "Itu berarti kita berani memecahkan teka-teki mana yang lebih dulu " ayam atau telor ".Buta tdk hanya fisik tapi juga metaforis, karena kita bisa berada dalam suatu situasi atau problem dimana kita benar2 merasa buta.Kalau kita sdh sering memecahkan dilema ayam dan telor, maka akan selalu ada saja orang yang akan membantu manakala kita menghadapi
kesulitan. Dan ketika kita mau mengucapkan terima kasih, orang tsb sdh hilang entah kemana !Dengan caranya sendiri Jalan Alam yang umumnya tdk linier dan bersifat kontan, akan meresponse semua perbuatan baik kita.Meski semua upaya akhirnya tdk bisa melebihi Tuhan, tapi manusia tetap mempunyai kesempatan ikut memberikan kontribusi pada ' takdir ' nya.
____________
Dari: Yusuf Ahmad Shiddiq
Terkirim: Senin, 9 Maret, 2009 21:35
Soal Takdir dan Ikhtiar, berikut di-copas dari milis Spiritual_Nusantara
....masa depan dan kodrat adalah potensi...
takdir adalah potensi yang telah teraktualisasi
tiada takdir terjadi tanpa kehendak awal Sang Esa
dan usaha akhir sang hamba
* * * * *
takdir Allah baik semuanya,
tapi hanya dengan usaha yang sempurnalah
maka takdir terbaik pun akan menemui hidup kita
{in English}
....future and yet unrealized destinies are potentials.
Destinies are actualized potentials.
There is no destiny happens without the initial will of the One (God)
and the ultimate effort of the servant.
* * * * *
All fates predetermined by God are good.
But only with the utmost efforts,
the best fate will come into our lives.
Translated from Wiyoso Hadi's book:
"Catatan Harian Membuka Hati", page 164.
- KangRudi Ak.
--- end forwarded message ---
Pertanyaan yang muncul adalah: jika mengikuti visi refleksi diatas, apakah sudah kita aktualisasikan seluruh potensi
terbaik kita untuk mewujudkan dan menerima "takdir terbaik" itu? tabik.
--- On Sun, 3/8/09, F A Moeloek Prof Dr wrote:
Ass wwb,
Dengan hormat,
1. 'Pengetahuan' Allah 'tanpa batas'; sebagian dari 'pengetahuan Allah' kita gali dan kita dapatkan atas kehendakNYA.
2. Seandainya kita melakukan 'kecerobohon' atau 'kebodohan' pada batas 'pengetahuan yang diberikanNYA' itu kepada kita, itu namanya 'bukan takdir'.
3. Di luar ikhwal tersebut di atas adalah 'takdir'. Dengan demikian, pada hakekatnya 'bukan takdir' dan 'takdir' dapat bergeser.
4. Sholat dan doa senantiasa harus kita lakukan di 'dalam' atau di 'luar' takdir.
Itu adalah fikiran rasional saya. Wallahu alam.
Salam takzim,
F..A. Moeloek
----- Original Message -----
From: Asad amiroel
Sent: Sunday, March 08, 2009 11:53 PM
Sangat menarik pendapat Muhammad Iqbal
tentang takdir:
Iqbal yang diilhami Qur'an, berusaha menerangkan takdir melalui hubungan antara ego (pribadi) dengan waktu. Dia menggambarkan ego menjadi 2, yaitu ego-efisien dan ego apresiatif.
Ego-efisien memiliki hubungan dengan dunia ruang, merupakan objek psikologi asosiasionis - ego yang praktis dalam kehidupan sehari2 yang berhubungan dengan tata lahiriah benda2 yang menentukan keadaan2 yang berlintasan dengan kesadaran kita, serta merekatkan pada keadaan ini sifat yang saling terpisah secara spasial.
Hubungan dengan 'waktu' dimana ego-efisien itu hidup adalah waktu yang diberi predikat lama-sebentar maupun panjang-pendek. Waktu yang digambarkan seperti ruang, suatu garis lurus yang terdiri dari titik2 yang menyerupai tahapan2 dalam perjalanan.
Ego yang apresiatif bermakna lebih dalam. Kesatuan ego yang apresiatif diibaratkan sebagai kesatuan benih yang telah dibuahi, tempat unsur2 pengalaman yang berbeda2 bersatu,
bukan jamak tetapi sebagai ketunggalan dimana tiap2 unsur pengalaman lebur membentuk keseluruhannya. Bersifat kualitatif, sehingga tak ada perbedaan yang jelas yang dapat diterangkan dalam angka2 berkenaan dengan keadaan2 dalam totalitas sang ego.
Karena dalam keseharian kita terbiasa dengan hidup yang terserap ke dalam tata lahiriah benda2, maka sukar untuk bisa menangkap ego-apresiatif yang bahkan terasa asing ini. Hanya melalui meditasi mendalam, saat ego-erfisien pasif kita bisa menyingkap selubung/ cadar yang menutupi ego-apresiatif, sehingga kita bisa menyelami batin yang lebih dalam dan pusat batin pengalaman kita.
Waktu bagi ego-efisien dalam hubungannya dengan dunia ruang dicercah2 menjadi serangkaian kekinian demi kekinian laksana manik2 pada seutas benang, sedangkan dalam ego yang apresiatif merupakan suatu 'kekinian' yang satu. Bagi ego-apresiatif perlangsungan peristiwa (kejadian dalam ruang dan waktu) secara
berganti2 menjadi perlangsungan yang tunggal. Ego-apresiatif kurang lebih bersifat korelatif terhadap ego-efisien, sepanjang dia mensintesakan semua 'kekinian' dan 'ke-di sini-an' - yang merupakan perubahan2 kecil yang tak dapat dihindari oleh ego-efisien - menjadi kepribadian yang tunggal secara keseluruhan.
Dalam hal ini ego-apresiatif menangkap waktu yang murni. Dan 'waktu yang murni' bukan merupakan saat2 yang terpisah dan dapat terulang, namun merupakan kesatuan organis dimana masa lalu tidak tertinggal di belakang, tetapi bergerak bersama dan berlangsung dalam masa kini. Sedangkan masa depan tidak terletak di depan masa kini untuk kemudian baru dijalani; masa depan ada secara demikian dalam arti bahwa ia hadir, menurut kodratnya sebagai suatu kemungkinan yang terbuka. Waktu yang dianggap sebagai kesatuan organik inilah yang dinamakan takdir dalam Al-Qur'an.
Takdir adalah waktu, dipandang terjadi sebelum terungkapkannya
kemungkinan2. Takdir adalah waktu yang dilepaskan dari jaringan hubungan sebab-akibat - sifat diagramatik yang diberikan oleh pemahaman secara logis kepadanya. Intinya: Takdir adalah waktu sebagai ego, dan bukan sebagai yang dipikirkan dan diperhitungkan.
Waktu dipandang sebagai takdir, membentuk hakikat benda2 yang terdalam.. Sebagaimana Qur'an mengatakan," Tuhan menciptakan sesuatunya dan pada masing2 diberikan takdirnya." Takdir suatu benda bukanlah merupakan nasib yang kejam, yang bekerja dari luar seperti seorang majikan, tetapi merupakan jangkauan masuk ke dalam suatu benda, ke dalam kemungkinan2nya yang dapat dilaksanakan, yang terletak dalam dasar2 kodratnya dan secara berurutan menyatakan diri tanpa paksaan dari luar.
Takdir dalam pengertian di atas bukanlah sesuatu yang bersifat deterministik, tetapi merupakan kemungkinan terbuka. Dimana setiap orang mempunyai kemerdekaan penuh untuk menciptakan masa depannya
sendiri.
--- On Sat, 3/7/09, Jusuf Sutanto wrote:
Kalau dulu sebelum revolusi teknologi informasi, perkumpulan apa saja relatif masih bersifat homogen, solid dalam persepsi, pemikiran dan tindakan. Kini anggotanya sdh banyak yang memiliki komputer, mulai dari desk-top, lap-top sampai Black Berry yang bisa dibawa kemana-mana. Banyak provider memberikan kemudahan bebas pulsa kalau bicara melalui jaringan yang sama. Anak2 bisa membuat PR melalui komunikasi HP, pembantu rumah tangga bisa tilpon ke kampungnya setelah jam tertentu dgn bebas pulsa.
Tantangannya adalah Bgm perkembangan ini bisa diarahkan untuk membangun kesadaran spt dalam syair kuno Vimalakirti :
" Di gunung Semeru menyimpan biji lada ; Di dalam setiap biji lada bersembunyi seluruh alam semesta.
Kalau dunia menderita, saya juga ikut menderita ; Kalau manusia sakit, saya juga merasa sakit "
Signal ke arah ini sdh pernah terjadi spt saat
Tsunami pada akhir tahun, ketika semua kantor di seluruh dunia tutup krn sedang liburan. Dgn bantuan teknologi informasi, banyak pesta merayakan pergantian tahun bisa diubah menjadi penggalangan solidaritas membantu korbannya !
Apakah ini bisa diteruskan untuk menghadapi dampak Pemanasan Global, Krisis Keuangan, Kekurangan Pangan dsb ????
----- Original Message -----
From: Abdillah Toha
Berbicara soal takdir bisa sangat rumit tetapi bisa juga dimulai dengan cara sederhana. Saya mencoba yang terakhir. Pemahaman saya soal takdir dalam Islam dimulai dengan pertanyaan apakah manusia itu sesungguhnys bebas. Saya coba menghindari perdebatan teologis (ilmu kalam) versi Asyariyah, Mu.tazilah dll. Menurut apa yang saya pahami dalam Islam, manusia bebas berkehendak tetapi tidak bebas berbuat. Karenanya, dalam Islam yang dinilai lebih tinggi oleh Tuhan adalah niat (dari perbuatan), bukan perbuatan itu sendiri. Contoh sederhana:
kita berniat pergi ke masjid, ditengah jalan mobil melindas kita.
Takdir (taqdir) berasal dari kata qadr. Artinya kadar, kodrat, ukuran, nilai, timbangan dsb. Dalam alQur'an Allah bersabda " Dan barang siapa bertawakal kepada Allah (maka) Dia (menjadi) jaminannya. Allah telah membuat kadar untuk segala sesuatu". Bila kadar ini kita perluas dan rangkaikan ke semesta alam, maka kadar besar ini namanya Sunnatullah, atau apa yang kita kenal sebagai hukum alam. Kalau kita melompat keatas pasti jatuh kembali kebawah, kecuali dengan bantuan alat (baca:teknologi) . Manusia bisa terbang dengan bantuan teknologi yang berhasil menguak hukum alam (fisika dan lainnya). Hukum alam itu sendiri tidak berubah. Hukum alam ini tidak terbatas kepada yang bersifat materi dan fisik tetapi juga mencakup hukum-hukum lain seperti hukum sejarah, hukum kemayarakatan, hukum ekonomi dan lainnya. Manusia yang sukses adalah yang berhasil memahami dan menguasai hukum-hukum
alam itu. Inilah yang dimaksud dengan ikhtiar. Kalau mau lulus ujian harus belajar, kalau mau populer harus banyak teman, kalau mau kaya harus pandai berdagang, kalau mau sehat harus berolahraga, kalau dekat dengan Allah harus banyak bersedekah dan seterusnya.
Jadi dalam batas-batas hukum alam (sunnatullah) manusia bebas berkehendak dan bebas berbuat. Namun, ada satu faktor lain yang menghambat kebebasan (berbuat) manusia (dalam batas sunnatullah) , yaitu keterbatasan pengetahuannya dan keterbatasan kemampuannya untuk mengendalikan segala sesuatu. Dalam batas-batas kemampuannya mengendalikan, ia berikhtiar. Diluar itu ia bertawakal kepada Allah melaui doa. Fungsi doa, menurut pemahaman saya, adalah untuk membantu kita mrnghadapi hal-hal yang diluar kendali kita. Kita meminta bantuan (campur tangan) Tuhan. Ketika berangkat kerja dengan mengemudi mobil, kita ikuti semua aturan menyetir dengan seksama dan kemudian berdoa.. Betapa canggihnya kita
menyetir, masih saja bisa ditabrak oleh pengemudi lain yang ceroboh, atau masuk kedalam lubang yang tak tampak didepan kita. Doa mambantu terkendalinya hal-hal yang berada diluar kendali kita. Kalau kita umpamakan bahwa setiap kejadian itu disebabkan oleh berbagai varabel, maka salah satu variabel itu adalah doa. Ikhtiar mengendalikan yang didalam dan doa mengendalikan yang diluar kendali kita (dalam istilah statistik disebut random factor). Doa, oleh karenanya, menjadi salah satu variabel (tambahan) dalam proses jalannya kehidupan manusia. Dan bagi Muslim, the mother of all prayers is sholat. Wallahu alam.
AT
----- Original Message -----
From: Jusuf Sutanto
Sent: Friday, March 06, 2009 9:49 PM
Ilmu pengetahuan dan teknologi sdh demikian maju dan tak bisa direm lagi !Itu berarti kemampuan manusia untuk berikhtiar sudah amat sangat luar biasa. Karena itu semua agama (tanpa kecuali) ditantang untuk merenungkan dimana
sebenarnya letak takdir ?
----- Original Message -----
From: Abdul Hadi WM
Yang kita bicarakan adalah masalah hakekat 'kebenaran' dari ajaran agama. Jadi menyangkut persoalan metafisik, bukan persoalan sosial anthropologis. Kalau topik yang dibicarakan dalam sebuah diskusi diletakkan pada tempatnya, pembicaraan tidak akan simpang siur ke sana kemari. Masalah takdir dan ikhtiar dalam Islam adalah persoalan ahli kalam atau teologi, sedangkan soal inti ajaran agama persoalan ahli tauhid, ahli tasawuf dan ahli hikmah (falsafah perenial), jadi bukan persoalan sosiologi atau anthropologi agama.
--- Pada Sel, 3/3/09, Jusuf Sutanto menulis:
Semua agama dan spiritualitas sebenarnya sdg menghadapi tantangan fundamental yang sama yaitu :
Mencari bentuk hubungan yang pas antara "ikhtiar" dan " takdir ". Bgm sikap kita menghadapi orang yang sdg berikhtiar sungguh2 ?
Aksara mandarin memberikan insiprasi
ketika menulis atau lbh tepatnya 'melukis' huruf "Ren" atau manusia yang mempunyai dua kaki (simbol kebebasan pergi, berbuat dan berkata-kata) sehingga mampu berikhtiar !
Spy ikhtiar nya tdk merugikan orang lain dan alam sekitarnya, maka budaya Barat lbh menekankan diperluka n undang-undang dan law enforcement untuk yang melanggarnya. Pertanyaan yang timbul adalah untuk negara dgn penduduk 250 juta atau 1,1 milyar (India) dan 1,3 milyar (Tiongkok), lalu berapa hrs disediakan pengadila n, hakim, polisi, jaksa, penasehat hukum, support administrasi untuk menegakkannya.
Krisis Keuangan Global juga bisa dipersepsikan bahwa orang yang terdidik shg bisa memimpin mega-korporasi namun menyalahgunaka n potensinya untuk membuat tindakan yang akhirnya menyusahkan banyak orang. Karena itu kata " Ren " dilanjutkan dengan " Xin-Hati ", digambar salah satu kakinya terus berkembang tapi tdk bisa seenaknya krn ada hati yang mengendalikannya. Untuk
membangun masyarakat hrs dimulai dgn membangun Etika dulu. Baru on top of that, untuk menimbulkan efek jera dan education, diperlukan pengadilan !
Masalah ini menjadi penting karena kita hidup dalam era kesadaran akan pluralisme dan kemajuan iptek yang spt jarum jam tidak bisa diputar kembali !
www.jusufsutanto.
[Dikutip dari milis Komunitas SUARA]
____________
PH PRO
Indonesia
____________
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.
[Non-text portions of this message have been removed]
bergabung : jualan-subscribe@yahoogroups.com
posting : jualan@yahoogroups.com
berhenti : jualan-unsubscribe@yahoogroups.com
arsip : http://groups.yahoo.com/group/jualan/messages
------------------------------------------------
Sopan-santun adalah kunci mendapatkan PELANGGAN.
Kejujuran adalah kunci sukses anda berJUALAN.
!!DILARANG MENGIRIMKAN POSTING ARISAN BERANTAI (SEMISAL AKSARANET DLL.)!!
------------------------------------------------
Pelanggaran terhadap ketentuan akan mendapat sanksi dikeluarkan dari anggota milis !!!
Kunjungi situs para Pemberani
*************************************************************
SITUS FAVORITE KU
*************************************************************
Ingin bisnis,usaha atau iklan anda LARIS MANIS ?
pasang aja di iklan baris GRATIS www.larismanis.biz
dikunjungi oleh ribuan neter dari nusantara & mancanegara
*************************************************************
Ingin punya Toko Online yang Mudah - Murah & Menguntungkan ?
klik aja www.pemberani.web.id
*************************************************************
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe