T = Kapan kolom AGAMA di KTP kira-kira dihilangkan di Indonesia? Gara-gara ini orang masih laku jualan agama. Masih dalam kandungan sudah harus mendapat restu pemimpin agama. Lahir sudah harus mendapat restu pemimpin agama. Belajar di sekolah harus satu agama, kawin harus restu pemimpin agama, aniwe emang sentral banget fungsi agama di Indonesia. Makanya jadi tetap laku keras jualannya.
J =Waktu awal era reformasi kita mendengar banyak desas desus bahwa kolom agama dalam KTP akan dihilangkan. Ternyata cuma desas desus saja, dan masih dipertahankan terus sampai sekarang. Masih ada kolom agama dalam KTP yg tidak dihapus.
Harusnya, kalau konsekwen, kolom agama di KTP dihilangkan secara total. Jadi, orang tidak perlu mengisi atau mengosongkan karena kolomnya memang tidak ada. Negara-negara maju yg menghormati Hak Azasi Manusia (HAM) tidak mengenal kolom agama. Agama tidak menjadi syarat untuk memperoleh perlakuan sama di depan hukum.
Di Indonesia, agama-agama memang menjadi primadona sejak era Suharto yg termasuk dalam rejim otoriter ekstrim kanan. Ekstrim kanan itu kerjanya melalui lembaga-lembaga tradisional seperti agama yg menjadi anak emas. Tujuannya cuma satu, yaitu agar rakyat menjadi penurut.
Kalau anda mengikuti ajaran agama, maka otomatis anda akan mudah diatur oleh negara. Sedangkan negara dikuasai oleh para jendral dan kroninya. Kalau anda beragama, maka akan amanlah posisi penguasa sebab anda gampang ditakut-takuti dengan neraka as well as diiming-imingi dengan sorga.
Ekstrim kiri bekerjanya lain lagi. Kiri itu komunis, dan dalam rejim komunis segala macam agama itu tidak akan memperoleh segala macam sanjungan. Komunis itu menelanjangi segala macam ajaran agama yg isinya pembodohan massal. Tetapi komunis juga memiliki kekurangan, yaitu adanya pemimpin partai dan birokratnya yg menggerogoti negara dan menjadi warganegara kelas satu, dan warganegara lainnya duduk di kelas kambing.
Rejim otoriter ekstrim kanan seperti Indonesia di era Suharto bekerja dengan cara menggunakan lembaga-lembaga agama untuk mengontrol rakyat. Bukan karena agama-agama itu benar atau mencerdaskan rakyat, tetapi karena agama-agama itu merupakan sarana paling mudah untuk mengkontrol pikiran rakyat. Pikiran anda itulah yg dikontrol oleh para pemuka agama Islam, Nasrani, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Kalau bukan pikiran anda yg dikontrol, apa lagi? Pedahal, asset kita sebagai manusia beradab yg terbesar adalah pikiran kita. Kita bisa berpikir, kita bisa membandingkan, dan kita bisa mengambil kesimpulan sendiri.
Contoh, ada parpol yg berslogan sebagai "partai Islam berwawasan kebangsaan".
Nah, tentu saja saya akan berpikir, apa bedanya partai Islam dengan partai non Islam? Apakah partai Islam akan otomatis menciptakan masyarakat yg adil dan sejahtera? Apakah benar ada partai Islam yg berwawasan kebangsaan?
Saya akan berpikir dengan bebas karena saya memang manusia bebas, walaupun saya juga tahu bahwa partai Islam tidak akan mau saya berpikir dengan bebas. Partai Islam maunya saya dicocok hidungnya seperti kerbau sehingga bisa disetir kesana kemari sambil berteriak allahuakbar, tanpa tahu apa yg diteriaki dan apa maksudnya.
Kembali ke partai Islam yg mengaku berwawasan kebangsaan, walaupun saya tahu itu tidak benar.
Yg saya tahu benar, partai-partai Islam itu ngotot menggolkan UU Pornografi yg meninjak-injak HAM warganegara dan tidak memperdulikan protes dari berbagai komponen bangsa. Partaik-partai Islam tidak memperdulikan protes dari kelompok Katolik, HIndu Bali, seniman, aktivis HAM, aktivis feminis, dsb ketika pembahasan UU Pornografi.
Apanya yg berwawasan kebangsaan?
So, ternyata saya akhirnya mengerti bahwa partai Islam yg berslogan berwawasan kebangsaan itu cuma beriklan saja. Dan itupun iklan kosong. Pepesan kosong. Bukannya berwawasan kebangsaan malahan kebalikannya, yaitu berwawasan sempit mau menjadikan Indonesia seperti negara-negara Islam. Negara Islam? Apakah negara Islam lebih beradab? Apakah negara Islam lebih manusiawi? Jawabnya tentu saja tidak.
Kita jujur saja, yg namanya negara Islam itu menginjak-injak HAM atas nama Allah SWT. Yg menjadi pemimpin adalah para ulama yg sangat senang kawin sampai empat kali dan melecehkan wanita. Dan petantang petenteng diridhoi oleh Allah SWT tanpa bisa diprotes. Kalau kita protes mereka bilang bahwa agama mereka dihina. Dalam negara Islam kita tidak bisa memprotes ulama karena ulama itu dilindungi oleh hukum. Negara dan ulama saling mendukung untuk membodohi rakyat banyak.
Indonesia dalam jaman Suharto adalah jenis negara seperti itu di mana ada agama-agama resmi yg memperoleh perlindungan dan tidak boleh "dihina" (dalam tanda kutip), tidak boleh dikritik, tidak tersentuh oleh protes masyarakat banyak, terlebih lagi oleh protes kaum wanita, walaupun ajaran dan fatwa-nya itu tidak masuk akal.
Tetapi kita sudah masuk era Reformasi dan harusnya agama-agama itu ditempatkan dalam porsi wajar saja, yaitu sebagai lembaga otonom yg tidak memiliki hak untuk mengontrol pikiran orang.
Sekarang juga lembaga-lembaga agama itu tidak lagi bisa mengontrol pikiran orang. Kita sudah sadar bahwa ulama-ulama itu kepentingannya hanya untuk membodohi orang banyak. Tetapi sayangnya masih ada UU yg melindungi agama-agama "resmi".
Agama itu boleh bilang tidak terhitung banyaknya di dunia, setiap orang bisa dan berhak bikin agama baru kalau mau, dan membatasi hanya ada enam agama resmi merupakan suatu kenajisan yg dipraktekkan terus di Indonesia sampai saat ini.
Najislah! Pedahal Piagam HAM dari PBB yg juga sudah diratifikasi oleh Pemerintah RI menyatakan bahwa setiap manusia berhak berkeyakinan apapun. Nah, ini malahan ada pemerintah yg memaksa warganegara untuk beragama, pilih salah satu dari enam agama "resmi". Najis!
T = Btw, Arab Saudi sudah tidak memperlakukan paspor khusus haji, tapi menggunakan paspor internasional, maksudnya apa yach? Apakah mereka sudah mulai berubah? karena paspor internasional kan ngga ada kolom AGAMA nya ... Walaupun bimas haji Departemen Agama kita masih ingin ngotot pake paspor haji, tapi mereka dicuekin aja ama Arab.
J = Departemen Agama di RI ini aslinya merupakan Departemen Urusan Haji. Kerjanya ngurusin orang naik haji belaka, dan bukan ngurusin agama-agama orang.
Tetapi sejak Suharto kudeta di tahun 1965, agama-agama digunakan sebagai alat untuk mengontrol masyarakat. Suharto itu bilang bahwa komunis tidak beragama, sehingga semua WNI harus beragama dan, waktu itu, dipilihkanlah lima agama resmi untuk dianut. Dan maraklah segala macam pelecehan atas HAM manusia untuk bebas beragama, berserikat, dan berpendapat.
Suharto itu rejim otoriter ekstrim kanan, cara kerjanya memang seperti itu, menggunakan agama-agama untuk mengontrol masyarakat. Kalau tidak beragama artinya komunis, dan harus di-diskriminasi, dibedakan perlakuannya, dilecehkan, disegala-macamkan. Itu kelakuan Suharto.
Tetapi Suharto jatuh dan segala macam kedoknya dalam menggunakan agama untuk mengontrol rakyat sudah terbuka.
Sayangnya saat ini masih banyak orang yg tidak bisa melihat hal itu. Mereka masih berpikir bahwa benar manusia harus beragama, bahwa segala macam ulama itu tidak bisa ditelanjangin ucapannya. Kalau mereka bilang bahwa partai Islam mereka berwawasan kebangsaan, maka kita harus bilang amin. Pedahal itu absurd.
Setahu saya tidak ada partai Islam yg berwawasan kebangsaan. Semua partai Islam berwawasan sempit, ingin menjadikan anda sebagai boneka yg bisa disetir para ulama yg, maybe, akan kawin sampai empat kali dan mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya agar bisa diterima di sisi Allah SWT, complete with 72 bidadaris.
Saya tidak bilang semua Islam adalah jelek. Ada juga komunitas Islam Liberal yg sama manusiawinya dengan masyarakat NON agama di negara-negara Barat. Tetapi secara umum, Islam sampai saat ini selalu diasosiasikan dengan keterbelakangan dalam cara berpikir, dengan konsep Allah yg menginjak-injak HAM, dengan pemaksaan kehendak, dengan pelecehan wanita.
Wanita-wanita dari partai Islam tertentu itu maju sebagai caleg dengan mukenah which is very much terbelakang. Primitif sekali. Mereka pikir kita orang bodoh sehingga mau memilih mereka. Berpakaian saja tidak becus, apalagi menjadi anggota legislattif!
Dan itu ada lagi partai yg warnanya ijo banget sampe melihatnya jadi silau. Silaulah, hijauuu sekaleh. Dan, in my opinion, itu norak.
Nama saya Rimba, dan konotasinya itu warna hijau. Tapi at least saya tidak senorak itu, menggambar wajah dan tangan saya sehijau-hijaunya dengan niat agar dipilih oleh rakyat yg bisa terkena pesona magis warna hijau. Kalau hijau dipilih akhirnya bisa masuk sorga, begitu kali yah jalan pikirannya?
Kita memang masih negara berkembang, tetapi kita tidak bodoh-bodoh amat. Banyak dari kita sudah bisa berpikir, membandingkan, dan mengambil kesimpulan sendiri-sendiri.
Banyak dari ajaran agama itu isinya pembodohan massal. Wanita-wanita itu sudah tahu dan merasakan sendiri betapa pria menginjak-injak HAM wanita atas nama agama Islam, dan mereka juga banyak yg tidak perduli lagi dengan sorga yg dijanjikan oleh Islam. Kalau sorganya isinya itu bidadari doang, ngapain gue pilih partai Islam, katanya.
Mending pilih partai nasionalis yg menjanjikan sorga berisikan bidadara juga dan tidak menempatkan wanita sebagai warga kelas dua, begitu katanya.
Partai nasionalis juga tidak semuanya ok.
Golkar itu ikut mendukung UU Pornografi yg melecehkan HAM warganegara. Partai Demokrat ikut mendukung. Cuma PDI Perjuangan yg menolak UU Pornografi. So, walaupun PDI Perjuangan suka gimana gituh, dalam hal HAM masih lebih ok.
Sekarang ada Partai Gerindra dengan Prabowo Subianto yg berpendidikan di Inggris dan mengerti tentang perspektif HAM Liberal. Dulu Mas Bowo bilang bahwa Indonesia belum siap untuk masuk ke era Liberalisme di mana hak-hak rakyat itu dihormati, di mana setiap individu memiliki HAM yg tidak bisa diinjak-injak baik oleh negara maupun agama.
Itu dulu di era Suharto.
Saya tidak tahu apakah Prabowo Subianto sekarang sudah bisa bilang bahwa Indonesia sudah SIAP untuk masuk ke era Liberalisme di mana negara cuma mengurusi urusan negara, dan individu mengurusi urusan individu. Di mana agama-agama tidak menjadi primadona yg dielus-elus sebagai memedi yg bisa dipakai untuk menakut-nakuti rakyat.
Kalau sudah siap, ya bicara sajalah.
Bicara saja bahwa Indonesia ini negara sekuler, ada pemisahan tegas antara negara dan agama, bahwa kolom agama dalam KTP itu harus dihapuskan secara tegas, bahwa pernikahan bisa dilakukan oleh sesama warganegara tanpa harus dipaksakan beragama sama, bahwa pernikahan yg diakui negara adalah yg bersifat sekuler, bahwa bahkan warganegara yg beragama Islam berhak untuk tidak mengikuti hukum Islam dalam pernikahan dengan alasan hukum pernikahan Islam itu sangat melecehkan derajat wanita.
Lalu SBY itu visinya apaan?
In my opinion, SBY itu tidak memiliki visi kebangsaan. Mana suara SBY dalam UU Pornografi? Diam saja. Silent is golden atau silent is stupid? Menurut saya, silent dari SBY itu silent yg stupid. Dan saya bahkan akan tanpa ragu-ragu bilang bahwa kita memiliki presiden goblok.
Di masa Suharto, orang yg mengucapkan atau menulis presiden goblok pernah masuk bui. Saya masih kecil sekali waktu itu, tapi saya ingat ada orang yg bilang presiden goblok, dan orangnya akhirnya dijebloskan ke penjara. Kita saat ini bisa bebas bilang bahwa presiden goblok, dan kita akan biasa-biasa saja. The president juga akan biasa-biasa saja, wong itu cuma pendapat saja kok, opini saja, namanya HAM Kebebasan Berbicara.
Saya bahkan bisa bebas berbicara bahwa partai-partai politik itu goblok.
Mereka arak-arakan di jalan raya dengan tujuan menarik simpati massa. Tetapi bukannya simpati yg tertarik malahan antipati. Mereka buat jalanan yg sudah macet menjadi makin macet saja, apalagi dengan iring-iringan motor yg dikendarai secara tidak disiplin. Dengan teriakan-teriakan menjagokan partainya sendiri yg kita tahu semuanya omong kosong belaka.
Partai-partai itu goblok, mereka tidak tahu Indonesia sudah memiliki kelompok kelas menengah yg cukup besar. Banyak dari kita berpendidikan sarjana, dan kita tidak bisa lagi dibodohi dan takjub dengan segala macam iklan dari partai yg kita tahu isinya omong kosong.
Dan kita sudah eneg setengah mati melihat arak-arakan di jalan raya itu. Dan kita tidak mau ikut hadir di kampanye parpol. Banyak yg hadir itu mereka yg dibayar, dikasih kaos dan dibeliin nasi bungkus. We are not interested in such.
We are interested in dihapuskannya kolom agama di KTP.
We are interested in clean government.
We are interested in perlindungan HAM.
We are interested in kesetaraan hak-hak wanita, kebebasan beragama dan berpendapat.
So, selamat memilih salah satu dari partai-partai goblok itu atau tidak memilih sama sekali alias golput yg tidak haram, walaupun MUI, seperti biasa, akan membodohi anda dengan bilang bahwa golput itu haram dan kalau golput akan masuk neraka.
Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia <
http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>.